Oleh: Didiet Maulana

gambar poster acara
Dua minggu sudah berlalu sejak acara JGBB di BWORK Canggu, tapi energi dan antusiasme dari para peserta masih terasa hingga hari ini. Sebagai someone yang sudah berkecimpung di dunia creative selama bertahun-tahun, saya jarang menemukan audiens yang begitu engaged dan hungry for knowledge seperti kemarin.
Morning Vibes yang Tak Terlupakan
Sabtu pagi, 25 Mei 2024, BWORK Canggu berubah menjadi creative hub yang penuh dengan semangat. Sejak pukul 9.30, peserta sudah mulai berdatangan dengan coffee di tangan dan notebook siap pakai. Ada yang datang dari Denpasar, Ubud, bahkan ada yang khusus terbang dari Jakarta hanya untuk acara ini. That dedication is just… wow!
Yang paling menarik adalah diversity peserta ada mahasiswa yang baru memulai startup, freelancer yang ingin scale up bisnisnya, owner UMKM yang sudah jalan 2-3 tahun tapi stuck di titik tertentu, bahkan ada beberapa profesional corporate yang sedang mempertimbangkan untuk leap into entrepreneurship.
Session 1: “Kenapa Brand Itu Lebih dari Sekadar Logo?”
Saya membuka sesi pertama dengan pertanyaan sederhana: “Sebutkan 3 brand yang kalian cinta, dan jelaskan mengapa.” Response-nya luar biasa! Ada yang menyebut Apple karena simplicity-nya, IKEA karena storytelling-nya yang authentic, bahkan ada yang bilang warung nasi gudeg langganannya karena konsistensi rasa dan pelayanannya.
From that exercise, kita mulai breakdown apa itu brand sebenarnya:
Brand = Logo + Story + Experience + Consistency + Emotional Connection
Salah satu peserta, Kania (owner brand sustainable fashion), langsung connect dan bilang, “Pantas aja brand gue stagnan, ternyata gue cuma fokus ke visual identity doang, tapi story dan experience-nya belum dipikirkan dengan serius.”
Moments seperti ini yang bikin saya yakin bahwa knowledge sharing itu penting. Sometimes kita cuma butuh perspective yang berbeda untuk melihat blind spot di bisnis kita.
Session 2: “Brand Development Process – From Zero to Hero”

Foto oleh : Tim Dokumentasi JGBB
Di sesi kedua, kita deep dive ke tahapan-tahapan membangun brand dari nol. Saya share framework yang biasa saya pakai untuk klien-klien:
- Brand Discovery
Who are you as a brand?
What’s your why?
Who’s your target audience (really)?
- Brand Strategy
Positioning statement
Brand personality
Value proposition
- Brand Identity
Visual elements
Tone of voice
Brand guidelines
- Brand Implementation
Touchpoint design
Marketing materials
Digital presence
Yang seru adalah ketika saya ajak peserta untuk praktek langsung. Mereka diminta untuk mendefinisikan brand personality bisnis mereka dalam 3 kata. Ada yang bilang “playful, trustworthy, innovative”, ada yang “premium, exclusive, sophisticated”.
Terus saya challenge: “Okay, kalau brand kalian playful, coba tunjukkan Instagram feed kalian. Apakah visual dan caption-nya sudah reflect personality itu?”
Silent moment. Then… “Oh my God, brand gue personality-nya playful tapi feed Instagram-nya kaku banget!” kata Reza, owner coffee shop di Seminyak.
Session 3: “Marketing Strategy that Actually Works”

Foto oleh : Tim Dokumentasi JGBB
Setelah coffee break yang diisi dengan networking session (and yes, banyak yang exchanging contact dan planning collaboration), kita masuk ke topik yang paling ditunggu: marketing strategy.
Instead of giving theoretical framework, saya share real case studies dari klien-klien yang berhasil. Mulai dari brand makanan yang berhasil scale up dengan content marketing yang consistent, sampai fashion brand yang explode berkat influencer strategy yang tepat sasaran.
Key takeaways dari sesi ini:
- Consistency beats perfection – Better posting good content regularly than perfect content sporadically.
- Know your platform – Strategy untuk Instagram berbeda dengan TikTok atau LinkedIn.
- Engage, don’t just broadcast – Social media is about being social.
- Track and adjust – What gets measured gets managed.
Peserta paling excited ketika kita bahas budget allocation. “Mas Didiet, kalau budget marketing gue cuma 5 juta per bulan, prioritas spending-nya gimana?”
My answer: “Focus on content creation first, paid ads second. Good content will compound over time, paid ads stop working when you stop paying.”
The Aha Moments
Yang bikin bangga adalah melihat lightbulb moments dari peserta:
Sari (online bakery owner): “Selama ini gue fokus jualan produk, padahal yang harusnya gue jual adalah happiness dan moment of celebration.”
Agung (app developer): “Gue sadar kalau target market gue terlalu broad. Harusnya gue fokus ke segment yang spesifik dulu baru expand.”
Maya (content creator yang mau bikin personal brand): “Personal branding ternyata bukan tentang pamer, tapi tentang consistent value delivery.”
Networking Magic
Yang unexpected tapi jadi highlight adalah chemistry antar peserta. During lunch break, I saw so many organic conversations happening:
- Sari dan Agung discussing kemungkinan collaboration untuk delivery app.
- Kania dan Maya planning content collaboration untuk sustainable lifestyle.
- Reza offering space di coffee shop-nya untuk networking event selanjutnya.
This is what I love about entrepreneur community – mereka selalu cari cara untuk grow together.
Q&A Session yang Gak Ada Matinya

Foto oleh : Tim Dokumentasi JGBB
Meskipun jadwal official berakhir jam 12, peserta masih bertahan sampai hampir jam 1 siang untuk Q&A session. Questions yang masuk:
“Bagaimana cara measure ROI dari brand building?” “Kapan waktu yang tepat untuk rebrand?”.
“Gimana cara compete dengan brand besar yang budget unlimited?” “Tips untuk maintain brand consistency dengan team yang kecil?”.
Setiap pertanyaan dijawab dengan case study real dan actionable advice. No bullshit, no jargon yang susah dimengerti.
Feedback yang Bikin Hati Hangat

Foto oleh : Tim Dokumentasi JGBB
Post-event, inbox saya kebanjiran message dari peserta:
“Mas Didiet, setelah pulang kemarin langsung gue revisi brand guideline gue. Thank you for opening my eyes!”
“Insight tentang brand personality game changer banget. Sekarang gue lebih fokus dan terarah dalam bikin content.”
“Terima kasih sudah sharing ilmu dengan genuine. Gue jadi lebih percaya diri untuk develop brand gue.”
Messages seperti ini yang bikin semua effort worthwhile.
What’s Next?

Foto oleh : Tim Dokumentasi JGBB
Melihat antusiasme dan positive response dari JGBB Bali, sepertinya ini bukan yang terakhir. Ada beberapa peserta yang request untuk advanced session tentang brand strategy untuk scaling business, atau workshop khusus tentang visual identity design.
Who knows, mungkin next time kita bisa bikin JGBB camp yang lebih intensive, atau malah expand ke kota lain lagi.
Closing Thoughts
Bali memang magical. Tapi yang bikin acara kemarin special bukan tempatnya, melainkan people-nya.
Ketika entrepreneur muda yang passionate berkumpul dan sharing knowledge, energy yang tercipta itu luar biasa.
Untuk peserta JGBB Bali kemarin, jangan lupa untuk implement apa yang sudah kita pelajari. Brand building is a journey, not a destination. Stay consistent, stay authentic, and most importantly, stay connected dengan community ini.
Dan untuk yang kemarin miss out, stay tuned untuk announcement JGBB selanjutnya. Trust me, you don’t want to miss it!
Keep building, keep growing! 🚀
PS: Special thanks to BWORK Canggu for providing amazing space, dan untuk semua peserta yang bikin acara kemarin memorable. You guys rock!